Turis China Siap Melancong ke Luar Negeri Bikin Negara-Negara Tujuan Wisata Was-Was
Warga China yang telah lama gerah terkurung di negaranya karena kebijakan zero-COVID dari pemerintah, kini bersiap membludak ke luar negeri usai kebijakan tersebut dicabut secara tiba-tiba pada awal Desember ini.
IDWS, Rabu, 28 Desember 2022 - Beijing menyatakan akan segera membuka kembali perbatasannya mulai bulan Januari tahun depan, di mana aplikasi paspor bagi warga negara China yang ingin melakukan perjalanan ke luar negeri akan kembali dibuka mulai 8 Januari 2023 menurut laporan Kompas.com melansir BBC pada Selasa (27/12/2022).
Perubahan itu terjadi setelah pengumuman pada Senin (26/12/2022) terkait berakhirnya aturan karantina ketat untuk kedatangan ke dan dari Negeri Tirai Bambu selama hampir tiga tahun pandemi. Berbagai situs perjalanan sejak saat itu melaporkan lonjakan lalu lintas pemesanan
Kebijakan baru itu juga akan menghapus batasan jumlah penerbangan harian. Pada hari yang sama, Komisi Kesehatan Nasional China mengumumkan bahwa Covid secara resmi diturunkan menjadi penyakit menular Kelas B pada 8 Januari.
Melansir laporan Kompas.com mengutip media China, data dari situs perjalanan Trip.com menunjukkan pencarian untuk tujuan populer meningkat sepuluh kali lipat dari tahun ke tahun hanya dalam waktu setengah jam setelah pemberitahuan Senin (26/12/2022) bahwa perbatasan China akan dibuka kembali. Makau, Hong Kong, Jepang, Thailand, dan Korea Selatan adalah tujuan paling populer.
Ilustrasi turis-turis China melancong ke luar negeri. (Financial Times/Artyom Geodakyan/TASS)
Akan tetapi para turis China sepertinya tidak akan bisa menikmati liburan luar negeri mereka semulus sebelumnya. Pasalnya, kedatangan turis-turis China kali ini justru ditakutkan oleh negara-negara tujuan wisata akan mendatangkan gelombang baru infeksi COVID-19.
Seperti yang diberitakan IDWS sebelumnya, kebijakan zero-COVID yang terlampau ketat di China membuat masyarakat China tidak memiliki immunity herd seperti negara-negara lainnya. Diangkatnya kebijakan yang disebut-sebut telah merugikan perekonomian dan sosial China itu memunculkan kekhawatiran akan datangnya gelombang baru COVID-19 di Negeri Panda tersebut. Dan hal itu telah mulai terjadi di mana berbagai rumah sakit di China mengalami lonjakan pasien COVID-19 pasca berakhirnya kebijakan zero-COVID.
Maka dari itu, para turis asal China ditakutkan akan membawa gelombang COVID-19 ke negara-negara lain.
Jepang yang merupakan salah satu tujuan wisata utama bagi warga China misalnya, mengumumkan bahwa semua turis dari China harus menunjukkan hasil tes negatif COVID-19 pada saat kedatangan atau menjalani karantina selama tujuh hari.
India juga mengatakan para pelancong dari China (serta beberapa negara lain) harus menunjukkan tes negatif ketika mereka tiba, meskipun ini diumumkan sebelum Beijing melonggarkan pembatasan. Pelonggaran aturan perjalanan di China merupakan bagian terakhir dari kebijakan nol COVID negara itu. Ini terjadi saat negara itu memerangi gelombang infeksi baru.
Kemarahan publik terhadap kebijakan pemerintah memicu protes yang jarang terjadi terhadap Presiden Xi Jinping pada November. Partai Komunis China yang berkuasa pun langsung membalikkan kebijakan ketatnya menjadi pelonggaran pembatasan COVID di seluruh negeri. Tetapi peningkatan kasus COVID terjadi setelahnya, dengan laporan rumah sakit kewalahan dan kekurangan obat.
(Stefanus/IDWS)
Sumber: Kompas.com